Laman

Minggu, 06 Maret 2011

SEKOLAHKU ASYIK SEKALI



“Pokoknya Uki ngga mau sekolah!” ucap Uki saat Bunda menyuruhnya mandi. Ya, itulah rutinitas Uki setiap minggu pagi bila disuruh sekolah. Sebenarnya Uki selalu bersemangat bila berangkat sekolah. Namun, setiap hari minggu ia selalu malas berangkat sekolah. Maunya nonton tv terus. Maklum, acara tv setiap minggu pagi penuh dengan film kartun. 

Uki bersekolah di Play Group Mumtaz. Yang membedakan sekolah Uki dengan sekolah lainnya adalah sekolah Uki libur setiap hari Jum’at.

“Ayo sayang sudah hampir jam tujuh nih!” bujuk Bunda lagi. “Kak Dimas aja libur. Berarti Uki juga libur dong.” jawab Uki sambil menunjuk Dimas, kakaknya yang juga sedang asyik menonton tv. Merasa namanya disebut, Dimas angkat suara. “Lho hari ini kan sekolah kakak memang libur.” bela Dimas. “Pokoknya, kalau Kak Dimas libur Uki juga libur” balas Uki dengan wajah cemberut. 

Tiba-tiba Ayah yang dari tadi membaca Koran berkata, “Siapa yang mau Ayah ajak  main?” Dimas dan Uki langsung mengacungkan jarinya. “Nah kalau mau ikut, berarti sekarang harus mandi!” perintah Ayah. Serempak kakak beradik itu bergegas mandi. Tinggal Bunda yang menatap Ayah dengan tatapan bingung. “Ayah, kok mereka malah diajak main. Uki kan harusnya berangkat sekolah.” protes Bunda.

Jam dinding di ruang makan menunjukan pukul setengah delapan. Selesai sarapan, Ayah, Bunda, Dimas dan Uki bergegas berangkat. Uki terlihat bersemangat. Sudah tak ia pedulikan lagi film kartu kesukaannya. Yang ada hanya main, main dan main. “Kita mau main kemana sih Yah?” tanya Dimas penasaran. Ayah yang sedang mengemudikan mobil tersenyum, “Kita mau pergi ke tempat yang banyak mainanya. Dan kalau sudah puas main, nanti Ayah traktir es krim deh.” Dimas dan Uki semakin tak sabar untuk secepat mungkin sampai kesana. Hanya Bunda yang sepertinya masih belum paham dengan rencana Ayah.

Mobil yang ayah kendarai melaju dengan kecepatan sedang. Setelah melewati alun-alun kota, mobil yang mereka naiki berhenti tepat di sebuah pintu gerbang. Di dekat sana terpampang sebuah papan besar yang bertuliskan Play Group Mumtaz. “Alhamdulillah, sudah sampai nih. Ayo kita turun!” kata Ayah. 

“Yah, ini kan sekolahku.” ucap Uki. Raut mukanya tiba-tiba berubah. “Iya, ini sekolah Uki. Kita memang mau main di sini.” Ayah melepas sabuk pengaman. “Uki ngga mau turun!” protes Uki. Dimas yang masih penasaran dengan sekolah Uki bergegas turun. “Ki, ayo turun, Kakak ingin naik ayunan nih!” ajak Dimas. Merasa ajakanya tak ditanggapi, Dimas segera berlari menuju tempat bermain. “Bunda juga mau menemani Kak Dimas main ah.” ucap Bunda meninggalkan Ayah dan Uki.

“Ayo Ki turun! Lihat itu banyak mainanya. Ada ayunanya, perosotanya, jungkat-jungkitnya, komidi putarnya. Dan kalau tidak salah, kemarin Ustadzahnya Uki bilang hari ini kelasnya Uki mau main asyik lho. Mau jualan minyak, main dengan busa sabun.Terus katanya mau buat adonan kue. Wah, pasti seru. Gimana, mau turun ngga?” bujuk Ayah. “Uki ngga mau!” tolaknya lagi. “Ya sudah, kalau begitu Uki tunggu di mobil saja, biar Ayah, Bunda dan Dimas saja yang main air.” Ayah turun dari mobil. Belum sempat pintu mobil tertutup, Uki bergegas turun dengan wajah cemberut. 

Saat itu, teman-teman Uki sedang berkumpul di depan kelas. Mereka tampak asyik memperhatikan Ustadzah Nina yang sedang menjelaskan sesuatu. Malu-malu Uki pun menghampiri mereka.

“Baiklah, sekarang kalian boleh memilih kegiatan yang akan kalian mainkan hari ini. Tapi ingat tidak boleh berebutan. Oke!” Ustadzah Nina mengingatkan. Anak-anak langsung berhamburan memilih kegiatan yang mereka inginkan.

Uki langsung menyerbu kegiatan membuat adonan kue. Disana sudah ada Ustadzah Yuni yang siap membimbing. Uki dan beberapa temannya asyik mencampur tepung, garam, minyak goreng dan air untuk dibuat menjadi adonan kue. Dengan lihai tangannya mengaduk semua bahan yang ada hingga tercampur. Dia membayangkan sedang membuat pizza. Aduk lagi,campur lagi, tambah air lagi sampai-sampai wajah dan bajunya belepotan tepung. Uki sudah sibuk dengan adonannya. Bahkan ketika ditanya ustadzah Yuni, ia bercita-cita untuk menjadi koki. Rupanya Uki sudah tidak ngambek lagi.

Dimas yang melihat kegiatan Uki ingin sekali mencoba. “Eh…ngga boleh. Kakak kan udah SD ngga boleh main ini.” Uki melarang kakaknya bermain. “Ki, ikutan dong sebentar saja.” pinta Dimas. Dari jauh, Ayah dan Bunda memperhatikan mereka berdua dengan seksama.

Pukul setengah sebelas, sekolah Uki usai. Tak lupa Ayah menepati janji untuk mentraktis es krim. “Gimana Ki, mainnya asyik kan?” tanya Ayah. “Yah, tadi aku jadi koki lho. Bikin pizza.seru deh.” balas Uki bersemangat. “Ki, hari minggu depan Kakak ikut Uki sekolah ya!” pinta Dimas sambil menikmati es krim coklatnya. Ayah dan Bunda tersenyum mendengarnya. “Tuh Ki, Kakak aja suka sama sekolahmu. Ternyata sekolah itu asyik kan…” ucap Bunda sambil tersenyum. Uki mengangguk-angguk sambil terus menikmati es krimnya. 

Cici, akhir 2007

2 komentar: